Langsung ke konten utama

Hubungan ilmu, filsafat dan agama

Nama: Muhammad Arfan
Nim:1412010201
Jur: Komunikasi Penyiaran Islam
Fak: Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN IMAM BONJOL Padang

HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

Pendahuluan
 Ada tiga hal yang menjadi alat bagi manusia untuk mencari kebenaran, yaitu filsafat, ilmu dan agama. Walaupun tujuan ketiga aspek ini untuk mencari kebenaran, namun ketiganya tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang sama (sinonim). Secara umum, filsafat dianggap sesuatu yang sangat bebas karena ia berpikir tanpa batas. Sedangkan agama, lebih mengedepankan wahyu/ilham dari zat yang dianggap Tuhan.1 Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat ditolak. Sedangkan ilmu adalah sebuah perangkat metode untuk mencari kebenaran. Antara filsafat dan Ilmu, sama-sama tidak memiliki tokoh sentral sebagaimana agama yang mensentralkan Tuhan. Dengan kata lain, dapat dikatakan setiap masalah yang dihadapi manusia, maka mereka akan menggunakan tiga macam alat untuk mencapai penyelesaiannya.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas lebih lanjut bagaimana penjelasan tenang ketiga aspek tersebut serta menjelaskan bagaimana hubungan dan perbedaan ketiga hal trsebut.










PEMBAHASAN
Pengertian Ilmu, Filsafat dan Agama
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Paul Freedman, dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati . Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Kattsoff mengemukakan bahwa filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan cahaya kodrati akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-azas  yang tertinggi segala sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengetahuan tentang hal-hal pada sebab-sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat merupakan ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan kesimpulan yang jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup sehari-hari, serta peristiwa-peristiwanya menjadikan pengalaman-pengalam-an serta peristiwa itu lebih bermakna yang menyebabkan kita lebih berhasil menanganinya. Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan filsafat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan.
Kata agama kadangkala diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan sesuatu yang menjadi anutan. Dalam konteks Islam, terdapat beberapa istilah yang merupakan padanan kata agama yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari’at.11 Ahmad Daudy menghubungkan makna al-Din dengan kata al-Huda (petunjuk).
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama.
Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek material yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
Hubungan Ilmu, Filsafat dan Agama
Ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab permasalahan-pemasalahan tertentu dan filsafat memberikan solusinya. Untuk permasalahan-permasalahan tertentu filsafat tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka manusia mencari jawaban yang pasti dengan berpaling kepada agama. Agama merupakan segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Agama memberikan informasi yang sangat jelas dan cepat dalam memastikan keberadaan Allah. Manusia tidak perlu bersusah payah mencari hakekat Allah dengan mempergunakan ilmu pengetahuan atau pun filsafat. Dalam hal ini, Allah memerintahkan manusia agar tidak memikirkan zat Allah, namun pikirkanlah zat-zat ciptaan Allah, karena manusia tidak akan mungkin sampai kesana. Allah menegaskan bahwa manusia tak akan mampu mempelajari zat-Nya seperti telah dituangkan dalam surat Al Isra ayat 85 yang artinya : ”Tidaklah engkau diberikan pengetahuan melainkan sedikit saja”
Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, di samping di kalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, demikian juga di kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.
Begitupun halnya hubungan  antara filsafat dan agama. Para tokoh Islam juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama. Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan syariat (agama) senantiasa bersama, sebagaimana  syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis". Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-Amad 'ala al-Abad, juga menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga mencakup alam jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat segala sesuatu.
Antara filsafat dan agama memiliki hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan bahwa yang dapat menolong dan menangkan hidupnya adalah Tuhan Sang Pencipta.
Objek filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Aspek fisik itu sebenarnya sudah menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu sosiologi, psikologi, ilmu biologi dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah memi-sahkan diri dari filsafat.  Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain. Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri.

Perbedaan Antara Ilmu, Filsafat dan Agama
Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal- hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.
Terdapat perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Tuhan. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen). Filsafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi atau rasio yang dilakukan dengan cara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan (berpikir) yang mendalam (radikal) tentang hakikat segala seuatu (metafisika). Sedangkan agama mengajarkankebenaran atau memberi  jawaban tentang berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa firman Tuhan.
Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai dengan ditemukan kebenaran atau teori yang lebih kuat dalilnya atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat keduanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agamabersifat mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan oleh yang Maha Benar, yang Maha Mutlak.









Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui langkah-langkah tetentu yang disebut logico hypotetico verifikasi. Logico hypotetico verifikasidimulai dengan mengajukansuatu permasalahan,menyusun kerangka teori, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menark kesimpulan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat absolut. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima selama tidak ada fakta yang menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan juga besifat pragmatis, artinya pengetahuan dipandang benar dan sahih sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia. Ilmu pengetahuan juga tidak selalu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah manusia dan keterbatasan-keetrbasan tersebut memerlukan bantuan filsafat. Filsafat adalah kebenaran hasil berpikir yang dilakukansecara radikal, spekulatif dan universal.
Kebenaran filsafat diperoleh dengan melakukan perenungan kefilsafatan yang merupakan percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dan memadai. Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta, tetapi menerimanya dari mereka yang menemukan fakta tersebut. Fakta diuji dengan mengajukan kritik atas makna yang dikandung suatu fakta dan menarikkesimpulan umum atas fakta tersebut. Kebenaran hasil berpikir filsafat bersumber dari rasio sehinggamenghasilkankebenaran yang bersifat subyektif dan solipsistik. Setiap ahli filsafat tentu akan mempertahankan argumentasi hasil pemikirannya dan memandang kebenaran dari sudut pandang dirinya atau bersifat subyektif. Ahli filsafat juga bersifat solipsistik, yaitu pandangan yang cenderung membenarkan pendapatnya sendiri danmenyalahkan pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Disamping kedua kelemahan tersebut, untuk permasalahan-permasalahan tertentu filsafat juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka manusiamencari jawaban yang pasti dengan berpaling kepada agama. Agama adalah segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal dari sesuatu yang mutlak dan memberi penyelesaian yang memuaskan bagi banyak pihak. Agama memberi kepastian yang mantap terhadap suatu bentukkebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu kepercayaan dan mengandung sistem credoatau tata kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak di luar manusia. Agama memberikan petunjuk tentang berbagai bidang keilmuan, termasuk filsafat dan aspek-aspek kehidupan. Petunjuk tersebut kebenarannya bernilai mutlak sebagai sesuatu yang datang dari Yang Maha Mutlak.
filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan, jadi dalam hal ini hubungan  filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
Jadi ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa antara filsafat dengan ilmu serta dengan agama, memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini didasarkan pada tujuan ketiganya, yaitu mencari kebenaran.

Postingan populer dari blog ini

Kultum: Tiga Hadiah Dari Al Qur'an

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Allah SWT berfirman: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ ۚ  فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَـصُمْهُ  ۗ  وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ  يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ  وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hend

Adab Bercanda Dalam Islam

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM Adab Bercanda Dalam Islam Islam Adalah Agam Yang Mulia, Yang Memiliki Aturan " yang Harus Ditaati setiap Pengikutnya, Berikut Adalah Adab Bercanda Menurut Islam Yang dihimpun Dari Berbagai Sumber.  1. NIAT YANG BENAR Bercanda juga membutuhkan niat yang benar. Ya, kita harus mempunyai niat yang benar ketika bercanda yaitu menghilangkan kejenuhan, kepenatan dan menyegarkan jiwa dengan sesuatu yang dibolehkan agama, sehingga memperoleh semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bukan malah hanya karena hawa nafsu dan mengakibatkan bercanda di luar batas syariat Islam. 2. TIDAK BERLEBIHAN SAAT BERCANDA Dalam bercanda jangan sampai melampaui batas atau bercanda terus menerus. Karena terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan kehormatan dan kewibawaan seseorang. Contohnya, ketika jam istirahat sekolah, kalian sudah bercanda dengan teman-teman, ketika sudah masuk kelas masih melanjutkan bercandanya sehingga mengganggu teman ya

Pepatah Minangkabau Tentang Kehidupan

Berikut adalah salah satu pepatah atau pitaruah adat Minangkabau yang menceritakan perjalanan kehidupan seorang manusia... Katiko Sayok Taguah, Paruh Runciang, Kuku Tajam, Mato Lai Tarang.  Tabanglah Tinggi Tinggi, Gungguang Sado Nan Katuju, Cangkam Sado Nan Disukoi, Sentak kan Ka Puncak Gunuang.. Tapi Ingek Sanak!! Hiduik Bamaso, Wakatu Bakatiko Sayok Cabiak, Paruah Rompong, Mato Kabua, Kuku Ndak Tajam Lai, Badan Maraok Ka Nan Tingga, Rimah Baserak Nan Ka Dipiliah, Disitu Utang Ka Babayia Sanak.. Nan Ketek Ka Gadang, Nan Gadang Ka Tuo, Nan tuo Ka Uzur.. Sia pun Kini Nan Sedang di Ateh, Usahlah Manzalimi Nan dibawah.!!!