Langsung ke konten utama

Ruang lingkup, obyek kajian dan manfaat filsafat ilmu

MAKALAH FILSAFAT ILMU
“Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat, Obyek Kajian Filsafat, Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu”

Oleh:
MUHAMMAD ARFAN
NIM. 1414010201


JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
2018 M


Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat, Obyek Kajian Filsafat, Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu
 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita mungkin sering mendengar kata filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut? Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum mengetahui ruang lingkup dari filsafat. Sesungguhnya ruang lingkup filsafat saling berhubungan dengan pengertian filsafat itu sendiri.
Maka dari itulah kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan sedikit tentang Pengertian Filsafat serta Ruang Lingkup Filsafat. Selain itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Umum.

B. Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
2.     Bagaimana Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat?
3.     Apa Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu

C. Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian Filsafat, serta
2.     Untuk mengetahui Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat
3.      Untuk mengetahui manfaat mempelajari flsafat ilmu







PEMBAHASAN

Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat ( teologi, cosmologi, epistemologi, logika, etika, dan estetika )
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses  HYPERLINK "http://wapedia.mobi/id/Dialektika" dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.  HYPERLINK "http://wapedia.mobi/id/Logika" Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam  HYPERLINK "http://wapedia.mobi/id/Matematika" matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

1. Teologi
Mengkaji persoalan-persoalan tentang eksistensi Tuhan yang dibahas secara terlepas dari keprcayaan agama. Eksistensi Tuhan hendak dipahami secara rasional. Konsekwensinya, Tuhan menjadi sistem filsafat yang perlu dianalisis dan dipecahkan lewat metode ilmiah. Apabila Tuhan dilepaskan dari kepercayaan agama, maka hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh bisa berupa satu dari beberapa kemungkinan sebagai berikut :
(a). Tuhan tidak ada.
(b). Tidak dapat dipastikan apakah Tuhan ada atau tidak.
(c). Tuhan ada tanpa dapat dibuktikan secara rasional.
(d). Tuhan ada, dengan bukti rasional

Para filsuf terkenal seperti Anselmus, Descartes, Thomas Aquinas dan Immanuel Kant telah mebuktikan bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Bukti-bukti rasional yang diutarakan adalah :
-  Argumen Ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu, diketahui pula bahwa kenyataan atau realitas senantiasa lebih sempurna daripada ide. Dengan demikian, Tuhan pasti ada dan realitas adaNya pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan.
- Argumen Kosmologi. Setiap akibat pasti ada sebab. Dunia (kosmos) adalah akibat, karena itu pasti memiliki sebab di luar dirinya sendiri. Penyebab adanya dunia itulah Tuhan.
- Argumen Teleologis. Segala sesuatu ada tujuannya. Sebagai contoh, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan kaki untuk berjalan. Karena segala sesuatu memiliki tujuan, itu berarti seluruh realitas tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dijadikan oleh yang mengatur tujuan itu. Pengatur tujuan itu adalah Tuhan.
- Argumen Moral. Manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, dan seterusnya. Itu menunjukkan bahwa ada dasar dan sumber moralitas. Dasar dan sumber moralitas itu adalah Tuhan.

Skeptisisme secara umum meragukan segala keyakinan yang telah digenggam selama ini. Menurut aliran ini sesungguhnya tak dapat dipastikan apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak mungkin saja ada tapi mungkin juga tidak ada. Skepteisisme merupakan pintu yang terbuka lebar ke arah ateisme (dalam arti teoritis), yaitu suatu paham yang berupaya mempertanggungjawabkan secara falsafati keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.
Karena itu, David Hume menegaskan bahwa tidak ada bukti yang benar-benar shahih tentang adanya Tuhan dan bahwa Dia menyelenggarakan dunia ini. Hume menolak eksistensi Tuhan dan kebenaran agama, bahkan menolak gagasan tentang Tuhan serta menganggap bahwa moralitas semata-mata hanya perasaan manusia belaka. Terhadap perasaan sendiri, akal sehat tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan atau mengawasinya.
Kehidupan moral merupakan tempat bagi Tuhan untuk berperan. Segala perbuatan yang baik akan memperoleh ganjaran dan segala perbuatan yang jahat akan dihukum. Hukuman itu akan berlangsung nanti setelah kematian, karena di sanalah segala ganti rugi terhadap kesusahan dan penderitaan akan diperoleh dan kejahatan akan dibalas setimpal dengan perbuatn manusia. Freud kemudian menyimpulkan bahwa religi adalah suatu ilusi yang berasal dari semacam infantilisme atau sifat kekanak-kanakan. Dengan demikian, bagi Freud, Tuhan hanyalah ilusi.

2. Kosmologi
Kosmologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata kosmos dan logos. Kosmos berarti dunia, alam  atau ketertiban (lawan dari chaos = kacau balau) dan logos berarti kata atau ilmu. Jadi kosmologi berarti pembicaraan atau ilmu tentang alam semesta dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas. Kosmologi memandang alam semesta sebagai suatu totalitas dari fenomena dan berupaya untuk memadukan spekulasi metafisika dengan evidensi ilmiah di dalam suatu kerangka yang koheran. Hal-hal yang biasa disoroti dan dipersoalkan adalah mengenai ruang dan waktu, perubahan, kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan dan keabadian. Metode yang digunakan bersifat rasional dan justru hal itulah yang membedakannya dari berbagai kisah asal mula struktur alam.

3. Epistemologi
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalamkedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmuitu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaranilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lainsebagainya. Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabangfilsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,  pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaian serta secara umum hal itu dapat di andalkannya sebagai penegas bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemologiy is the branch of philosophy which invetigates the origin, structure, methods and validity ofknowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854(Runes, 1971-1994).
4. Logika
Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun secara garis besar, semua itu digolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam proses penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
5. Etika
Etika (dalam Islam dikenal akhlaq) adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak dan kebiasaan, sedangkan ethikos berarti susila, keadaban atau perbuatan dan kelakuan yang baik. Adapun istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores merupakan bentuk jamak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup. Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya disebut ilmu pengetahuan normatif, sebab etika menetapkan ukuran bagi perbuatan manusia dengan penggunaan norma tentang baik dan buruk.
Etika merupakan cabang filsafat yang amat berpengaruh sejak zaman Socrates (470-399 SM). Etika membahas baik dan buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siap manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat dan bertindak.
6. Estetika.
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan masalah seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, aisthesis yang berarti penyerapan inderawi, pemahaman intelektual atau bisa juga berarti pengamatan spritual. Dengan kata lain, estetika merupakan studi filsafat yang mempersoalkan atau mengkaji hal-ihwal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Bagi ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengikat ke arah keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada secara terpisah-pisah antara satu dengan yang lain itu terjadi seragam, tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di dalam obyek, metode dan teori kebenaran filsafat (Suparlan Suhartono, 2004: 162).
Estetika dapat dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif yang menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan, dan estetika normatifyang mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. Ada pula yang membagi estetika kepada filsafat seni dan filsafat keindahan. Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya seni dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Sedangkan filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu dan apakah nilai indah itu obyektif atau subyektif.
Menurut Plato seni atau art adalah keterampilan untuk mereproduksi sesuatu, baginya apa yang disebut hasil seni tidak lain dari tiruan (imitation). Contoh, seseorang yang melukis panorama alam yang indah sesungguhnya hanya meniru panorma alam yang pernah dilihatnya. Jadi karya-karya seni hanyalah tiruan dari meja, burung, kucing dan sebagainya dimana benda semua itu juga merupakan tiruan dari bentuk ideal yang ada dalam alam ide. Aristoteles sependapat dengan Plato tentang seni sebagai tiruan dari berbagai hal yang ada. Contoh yang dibuat oleh Aristoteles adalah puisi. Dia mengatakan bahwa puisi merupakan tiruan dari tindakan dan perbuatan manusia yang dinyatakan lewat kata-kata. Apabila Plato menganggap seni tidak begitu penting, Aristoteles justru menganggap seni itu penting karena memiliki pengaruh yang besar bagi manusia. Aristoteles mengatakan bahwa puisi lebih filosofis daripada sejarah.
Pada abad pertengahan, estetika tidak begitu mendapat perhatian dari para filsuf, karena gereja Kristen semula bersikap memusuhi seni dengan alasan hal itu bersifat duniawi dan merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi. Namun Augustinus (354-430) memiliki minat cukup besar terhadap seni, dengan mengembangkan suatu filsafat Platonisme Kristen yang mengajarkan bentuk-bentuk Platonis. Dia mengatakan bahwa bentuk-bentuk Platonis juga berada dalam pemikiran Tuhan. Menurutnya keindahan merupakan salah satu bentuk yang ada dalam pemikiran Tuhan, oleh karenanya keindahan dalam seni dan alam haruslah memiliki pertalian yang erat dengan agama. Kendatipun mengikuti pendapat Plato tentang keindahan, namun dia membantah pendapatnya yang mengatakan bahwa seni itu tiruan. Menurut Augustinus, hewan juga meniru tapi tidak dapat menghsilkan karya seni.
Kemudian David Hume mengatakan bahwa keindahan bukanlah suatu kualitas obyektif yang terletak di dalam obyek-obyek itu sendiri, melainkan berada di dalam pikiran. Manusia tertarik pada suatu bentuk dan struktur tertentu lalu menyebutnya indah. Dia mengatakan bahwa apa yang dianggap indah oleh manusia sesungguhnya amat ditentukan oleh sifat alami manusia, yang dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferensi individual. Senada dengan Hume, Immanuel Kant berpendapat bahwa keindahan itu merupakan penilaian estetis yang semata-mata subyektif. Menurutnya bahwa pertimbangan estetis memberikan fokus yang amat dibutuhkan untuk menjembatani segi-segi teori dan praktek dari sifat dasar manusia. Dia menganggap bahwa kesadaran estetis sebagai unsur yang penting dalam pengalaman manusia pada umumnya.
Seorang filsuf Amerika, George Santayana (1863-1952) mengembangkan estetika naturalistis. Sama dengan Hume dan Kant, dia menolak obyektivitas keindahan. Menurut dia keindahan identik dengan kesenangan yang dialami manusia ketika ia mangamati obyek-obyek tertentu. Filsuf Itali, Benedetto Croce (1866-1952) mengembangkan teori estetika lewat alam pikiran filsafat idealisme. Croce menyamakan seni dengan intuisi, dan intuisi itu sendiri adalah gambar yang berada dalam alam pikiran. Dengan demikian, seni berada di alam pikiran seniman. Karya seniman dalam bentuk fisik sesungguhnya bukan seni, melainkan semata-mata alat bantu untuk menolong penciptaan kembali seni yang sebenarnya berada di alam pikiran seniman. Dia juga menyamakan intuisi dengan ekspresi. Karena seni sama dengan intuisi dan intuisi sama dengan ekspresi, maka seni sama dengan ekspresi. Apa yang diekspresikan itu tidak lain dari perasaan si seniman.

B. Obyek Kajian Filsafat
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah segala sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, baik sesuatu yang bersifat konkret seperti hewan, manusia, pohon, batu, air dan tanah maupun abstrak seperti nilai-nilai, ide-ide, paham atau aliran dan sebagainya. Contoh, misalnya tubuh manusia menjadi obyek material bagi ilmu kedokteran. Sedangkan obyek formal adalah cara pandang tertentu tentang obyek material tersebut, misalnya pendekatan empiris dan eksperimen dalam ilmu kedokteran.
Filsafat, sebagai sebuah proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik yang nampak (dunia empiris) maupun yang tidak nampak (abstrak, metafisika). Menurut sebagian filosof obyek material filsafat itu menyangkut tiga hal, yaitu yang ada dalam kenyataan, yang ada dalam fikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Obyek material filsafat pada umumnya sama dengan obyek penelitian sains, bedanya terletak pada dua pokok, yaitu :
- Pertama sains menyelidiki obyek material yang empiris, sedangkan filsafat lebih mengarah kepada yang abstraks.
- Kedua, ada obyek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir (obyek materi yang selamanya tidak empiris).
Jadi obyek material filsafat lebih luas ketimbang obyek material sains.
Adapun obyek formal filsafat adalah sifat penyeledikan yang radikal, yakni keingintahuan tentang hakikat kebenaran sesuatu, dengan cara melakukan penyelidikan secara mendalam sampai ke akar-akarnya. Dengan kata lain bahwa obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan obyektif tentang sesuatu yang ada untuk dapat mengetahui hakikat yang sesungguhnya.

C. Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya.
Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kematangan hati, sekalipun menghadapi maut.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun Metafisika (hakikat keaslian).
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu :
1.      Agar terlatih berpikir serius
2.      Agar mampu memahami filsafat
3.      Agar mungkin menjadi filsafat
4.      Agar menjadi warga negara yang baik

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.
Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :
1.      Filsafat menolong mendidik,
2.      Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3.      Filsafat memberikan pandangan yang luas
4.      Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri
5.      Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.



PENUTUP
Kesimpulan
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek kajian yang meliputi objek materi dan objek forma.
1. Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan).
2.Objek Forma Filsafat, yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang.

Postingan populer dari blog ini

Kultum: Tiga Hadiah Dari Al Qur'an

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Allah SWT berfirman: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ ۚ  فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَـصُمْهُ  ۗ  وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ  يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ  وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hend

Adab Bercanda Dalam Islam

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM Adab Bercanda Dalam Islam Islam Adalah Agam Yang Mulia, Yang Memiliki Aturan " yang Harus Ditaati setiap Pengikutnya, Berikut Adalah Adab Bercanda Menurut Islam Yang dihimpun Dari Berbagai Sumber.  1. NIAT YANG BENAR Bercanda juga membutuhkan niat yang benar. Ya, kita harus mempunyai niat yang benar ketika bercanda yaitu menghilangkan kejenuhan, kepenatan dan menyegarkan jiwa dengan sesuatu yang dibolehkan agama, sehingga memperoleh semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bukan malah hanya karena hawa nafsu dan mengakibatkan bercanda di luar batas syariat Islam. 2. TIDAK BERLEBIHAN SAAT BERCANDA Dalam bercanda jangan sampai melampaui batas atau bercanda terus menerus. Karena terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan kehormatan dan kewibawaan seseorang. Contohnya, ketika jam istirahat sekolah, kalian sudah bercanda dengan teman-teman, ketika sudah masuk kelas masih melanjutkan bercandanya sehingga mengganggu teman ya

Pepatah Minangkabau Tentang Kehidupan

Berikut adalah salah satu pepatah atau pitaruah adat Minangkabau yang menceritakan perjalanan kehidupan seorang manusia... Katiko Sayok Taguah, Paruh Runciang, Kuku Tajam, Mato Lai Tarang.  Tabanglah Tinggi Tinggi, Gungguang Sado Nan Katuju, Cangkam Sado Nan Disukoi, Sentak kan Ka Puncak Gunuang.. Tapi Ingek Sanak!! Hiduik Bamaso, Wakatu Bakatiko Sayok Cabiak, Paruah Rompong, Mato Kabua, Kuku Ndak Tajam Lai, Badan Maraok Ka Nan Tingga, Rimah Baserak Nan Ka Dipiliah, Disitu Utang Ka Babayia Sanak.. Nan Ketek Ka Gadang, Nan Gadang Ka Tuo, Nan tuo Ka Uzur.. Sia pun Kini Nan Sedang di Ateh, Usahlah Manzalimi Nan dibawah.!!!